Rabu, 07 Januari 2009

FROFIL ABUYYA HABIB AHMAD BIN HUSIEN ASSEGAF



KHIDMAH MEMBAWA BERKAH

Berparas putih bersih dan sekaligus berwibawa, itulah kesan pertama kali bertemu dengan salah satu santri senior Sayyid Muhammad Al-Maliki itu. Beliau adalah Habib Ahmad bin Husien bin Abu Bakar Assegaf. Ustadz Ahamd ini adalah Cucu Seorang Waliyullah yang hidup pada Zaman Qutb Al-Habib Abu Bakar Gresik. Kiprah Ustadz Ahmad ( begitu beliau akrab disapa) dikenal oleh umat sebagai tokoh ulama Sunni Bangil yang konsisten mengkonter pemiiran Syiah selama ini. Kota Bangil juga dikenal sebagai kandang Syi'ah.
Pendidikan ditempuh di SD dan SMP Islam Bagil. Lalu Nyantri di Pondok Pesantren darunnasyi'in Lawang selama kurang lebih dua tahun. " saat itu Muassis ( pendiri )nya. yaitu Habib Muhammad Ba'abud masih hidup dan mengejar. Dan tetap Istiqomah mengajar meskipun Kondisi kesehatannya semakin menurun, " kenang ustadz.. Setelah itu dia Melanjutkan pendidiakn di Bondowoso, belajar pada seorang guru yang dijuluki " Tafsir Berjalan" Habib Hasan Baharun. Di sanalah Habib Ahmad bertemu Ustdz Ihya' , dan KH muis Tirmidzi yang nantinya bersama-sama menenpuh perjalanan sejarah yang menjadikan aktivitas nya mengajar di Ummul Qora'. Berikut beliau semasa nyantri di Abuya Maliki.
Waktu itu, kira-ra tahun 1976, saya bersama 9 orang rombongan pemuda dengan Ihya' Ulumiddin sebagai pemimpinnya bermaksud menempuh kuliah di Ummul Qora ke Mekkah, ketika dalam tengah perjalanan dijakarta kami bertemu dengan seorang ulama' yang wajahnya tampan. kemudian ketika diberahukan maksud dan tujuan kami ke Mekkah untuk kuliah di Ummul Qura' beliau mengatakan : " Saya doakan selamat Insya Allah Ketemu nanti disana."
Setelah 19 hari naik kapal laut. Sampailah rombongan di Saudi di sana kita ditampung di rumah seorang Habib. Ketika sedang menunggu waktu ta'lim di masjid, ada pengajian yang diasuh oleh orang yang gagah dan bersinar. tahulah kami bahwa ulama itu adalah yang kami di Jakarta lalu.
Beliau kemudian memanggil kami dan diajak berkenalan. setelah rombongan pemuda pimpinan Ustdz Ihya' itu bercerita bahwa mereka tidak memiliki surat rekomendasi untuk masuk ke Ummul Qura'. Maka ulama tampan yang tidak lain adalah Sayyid Muhammad Al-Maliki itu menulis secarik kertas : " Bawa saya merekomendasikan santri fulan, fulan,....( Rombongan Ustadz Ihya' ) mohon untuk dimasukkan sebagai mahasiswa, kalau tidak diterima maka saya yang akan berhenti" . Dengan rekomendasi tersebut kelak rombongan pemuda tersebut diterima di Ummul Qura'.
Ketika sedang berada di Masjidil Haram, Rombongan itu ditanya oleh Sayyid Maliki:" Di mana kalian tinggal?" Kemudian mereka menjawab bahwa mereka tinggal di Syaikh Jabir, dan 2 bulan sebelum haji kami harus keluar, karena tempatnya akan disewakan. Kemudian Sayid Maliki menjawab: "Aku lebih berhak dari Syaikh Jabir, kamu adalah anak Kiai dan Saadah, besok kamu ke rumah, di sana ada majelis Rouhah", "Keesokan harinya kita pun datang ke sana, beliau sedang membaca kitab satu sambil duduk bersama 6 orang. Memang, itu Maliki masih belum dikenal sekarang. Menteri-menteri, dan tamu-tamu besar masih belum ada yang datang ke rumahnya ." kata Habib Ahmad.
Singkat cerita Habib Ahmad.
Singkat cerita, Habib Ahmad dan kawan-kawan akhirnya dipersilahkan tinggal di rumah Sayid Muhamad Al-Maliki. Waktu itu, disamping mendapatkan jatah 2000 real dari Asrama Ummul Qura', mereka juga diberi uang saku oleh Sayid Maliki untuk uang jajan. Keperluan sehari-hari mulai dari sabun, makan, pakaian, dan kitab semuanya ditanggung oleh Sayid Maliki. Sehingga banyak uang sisa yangn akhirnya dikirim ke Indonesia.
dalam kesehariannya, para pemuda thalabul ilmi itu kuliah di Ummul Qura', pada pagi hari sedangkan pada malam hari mengaji Kitab-kitab besar kepada Sayid Maliki. Disela-sela pengajian itulah mereka merasakan nikmatnya pengajian itu, dan merasa gundah dibangku kuliah. Waktu itu Ihya' Ulumiddin sebagai pembina rombongan melakukan istikarah. Dari hasil istikarahnya ia melihat ada sebuah api yang menjerumuskan mereka semua dan Sayid Muhammad Al-Maliki yang menolong dan mengangkat dari api tersebut.
Akhirnya para pemuda tersebut memutuskan untuk berhenti belajar di Ummul Qura' - yang memang banyak di pengaruhi oleh ajaran Wahabi. Mereka lalu nyantri secara penuh kepada Sayid Muhammad Al-Maliki."Akhirnya Waktu subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya', semua diisi dengan pelajaran oleh Abuya. Waktu untuk muhala'ah pun hampir tidak ada. " Tuturnya menambahkan.
"Malam jam 10 kita memijat Abuya, ada yang sambil cerita, ada yang beli makanan, minum-minum bersama. Itulah Abuya, sama muridnya dianggap layaknya seorang teman. Kita diajak bergurau, sampai kadang-kadang berlebihan." imbuhnya.
Hingga akhirnya, Sayid Maliki mengikuti jejak para muridnya untuk berhenti dari Ummul Qura'. Banyak pengurus Jami'ah (Universitas) yang datang, untuk membujuk Sayid Maliki agar tidak berhenti mengajar. Mereka menawarkan segalanya agar Sayid Maliki melanjutkan mengajar di Ummil Qura'. Namun Sayid Malik tetap menolak, seraya berkata: "Saya berhenti karena ada tugas yang lebih besar. Saya akan membuka pendidikan sendiri."
Walaupun Sayid Maliki berhenti mengajar tetapi Menteri saat itu memutuskan untuk tetap memberikan gaji terhadap Sayid Maliki atas jasa-jasanya terhadap Jami'ah dan negara. Namun, semua itu ditolak oleh beliau. Hadiah dan penghargaan semua ditolak, itu semua dilakukan karena beliau memang niat awalnya hanya mengajar, tidak untuk mencari popularitas, kedudukan apalagi kekuasaan.
Setelah sekian waktu mendirikan "pesantren", Sayid Maliki yang akrab dipanggil Abuya, waktu itu banyak kedatangan tamu dari berbagai daerah dalam dan luar negeri. "Banyak Menteri yang datang. Ulama-ulama, auliya'-auliya' semua berdatangan. Beliau juga mengadakan safari dakwah ke Amerika, London, dan Perancis. Kadang kita ditinggal I bulan sama Abuya. Ada Syaikh Jabir menggantikan Abuya mengajar." Kisah sang ustadz ini.
Pagi, siang, dan malam Sayid Maliki mengajar ditempatnya dan tidur di situ pula, dengan alas karpet serta menggunakan kelambu yang tipis untuk selimut. Waktu beliau banyak yang digunakan untuk mengajar para murid , Sayid Maliki masuk ke ruangan keluarga manakala ada kepentingan dan keperluan sekedarnya. Di luar itu, banyak waktu yang beliau habiskan bersam muridnya. " Ketika berkumpul dengan Abuya teman-teman kami ada yang kebagian hizib, ada yang memijit, ada yang menulis perkataan Abuya, semua ada bagian khitmahnya."
Pada malam hari beliau tidak masuk ruangan keluarga kecuali ada kepentingan, bahkan hingga wafatpun ia bersama muridnya. Ini tidak lain beliau lakukan demi menauladani Rasulullah SAW menghabiskan banyak waktunya bersama para sahabat yang disebut ahli suffah. Kecuali pada malam harinya, beliau pergi ke rumah istri-istrinya.
Selain itu, pagi dan siang para sahabat belajar bersama Nabi, shalat jama'ah bersama Nabi, makan dan tidur di terasnya Nabi. "Kita pun juga seperti itu", ujar Ust. Ahmad.
Pada tengah malam ketika sedang dipijit, beliau kadang tertidur, lalu tiba-tiba bangun dan pergi ke belakang untuk ambil air wudhu', shalat sunnah, kemudian tidur lagi hingga waktu sahur jam 3 beliau bangun dan terjaga sampai waktu dhuha. Semua santri abuya berkhidmah bersamanya. "Saya biasa kebagian membuat teh untuk para tamu. Sering kali kalau kita lagi merasa kecapekan, ketika itu Abuya merasa kasihan melihat kami, kemudian beliau: "Ya Saggaf man khadam kholim".
Hidup di rumah Abuya adalah seperti surga. Tidak terulang. semuanya manis tidak ada yang pahit. Beliau senag kalau murid itu berkhidmah. Diantaranya adalah saya. Dan seperti yang lain, waktu saya banyak tersita untuk khidmah kepada Abuya".
Pengajian Sayid Maliki sangat padat. Beliau mengajar di Babus salam (Masjidil Haram), dari mulai habis Maghrib sampai Isya'. Sebelumnya, di rumah beliau juaga ada pengajian. Pengajian dimulai pada pukul 15.00 sampai menjelang Maghrib. "Setelah shalat Isya'berjama'ah, Abuya kadang melihat beberapa anak yang disenagi untuk diajak. Suatu saat ia memanggil saya: Saggaf, Ta'al ! selendangnya dilemparkan ke saya kitab disuruh bawa teman-teman. Terus saya diajak ke Jeddah, Tha'if, dan menghadiri undangan menteri himgga menjelang malam".
"Pulang sampai di rumah, saya merasa capek, kemudian saya disuruh mijit kadang-kadang sampai ketiduran dipangkuannya. Hingga digerakkan kaki beliau saya kaget". Hingga terkadang saya tidak ikut pengajian beliau di pagi hari, beliau cuma bertanya kenapa tidak masuk kepada saya sambil ketawa. ES

Bagian II

Keistimewaan Habib Ahmad adalah santri yang tidak pernah dipukul Sayyid Maliki. " Sampai Ustadz Jauhari berkata " bacaan apa kok Abuyya sungkan untuk Mukul Entr? Malah ada teman-teman mau dipukul Abuya ada saya tidak jadi." kisah Sayyid yang usainya bertaut sekitar 8 tahun dengan Sayyid Maliki ini.
" Abuya adalah seorang pendidik, watak saya memang keras, hal itu beliau tahu. ketika sedikit kurang adab pada beliau di mamfaatkan. Malah kalau saya marah beliau ketawa. Kadang saya digoda. Beliau pernah cerita kepada santri kalau Seggaf begini-begini, terus saya turun, beliau bilang Saggaf! jangan tinggalkan ana Ya Saggaf. Akhirnya saya pun disuruh naik keatas lagi. " Begitulah salah satu bentuk keakraban guru dan murid.
semasa Habib Ahmad belajar menuntut ilmu di Abuyya MAliki, ia sering sekali membersihkan mobil kendaraannya yag pada waktu itu rumahnya masih di Utaibiah ( 1 KM dari Masjidil Haram ). Membersihkannyapun di Pinggir jalan bukan di dalam garsi.
" Saya bersihkan sendiri, dan disitu banyak sekali jamaah dari Jawa, MAdura dalam hati saya berkata: kenapa kok saya yang ditunjuk ? Tapi Abuyya memerintahkan saya dengan berkata: Nadhif bi yadika Syarif (bersihkan mobil ini dengan tanganmu yang mulia ) kemudian dalam pikiran saya di balik hal ini pasti ada maksudtertentu dari Abuyya mungkin dengan ini bisa menghilangkan kesombongan saya."
" Abuyya sewaktu itu berada di atas lantai tingkat lima kemudian Ustadz Ali Karar datang dan berkata : T Sayyid jangan Antum, Ana Aja yang bersihkan kalau kamu anggak pantas! Tapi saya jawab : " Tidak! ini perintah dari Abuya".
Setelah selesai kemudian saya dipanggil oleh beliau dengan sapaan yang khas " Ya Waladi " hai anakku kesini, sewaktu saya menyuruh kamu untuk membersihkan mobil itu demi Allah kaki kamu berada disini ( sambil beliau meletakkan tangannya di atas kepalanya). Saya tidak melihat kamu kecuali cucu dari HAbib Abdurrahman Assegaf, saya tidak ada maksud menghinamu dan saya menghormati kamu.
Juga sewaktu berada di Arafah pada saat itu kita memakai pakaian ihram. Berjalan rombongan bersama Habib Ali Al-Ziid dari Hadramaut, kemudian Abuyya memanggil saya " Ya Seggaf kesini, ambil tisu-tisu dijalan ini dan masukkan kedalam sampah" Padahal tisu-tisu tersebut dari bekas orang yang sangat orang yang sangat menjijikan bekas ingus segala macam. Dalam hati saya mudah-mudahan saya mendapat berkah dari Abuyya san berkhidmah kepada kaum muslimin dengan senang hati saya memunguti tisu tersebut dan saya buang ke tempat sampah, sampai akhirnya saya ketinggalan rombongan agak lama kemudian Habib Ali Al-Ziid agak mundur beberapa langkah dan menghampiri saya sembari berkata " Ya seggaf barokah sabar atas gurumu ! spontan saya bilang Amiinn...........
Pada saat saya pulang dari Arofah saya sengaja menunda towaf Ifadhoh sekira satu bulan biar agak sepi dan enak mengerjakan towaf, setelah hampir sebulan saya kemudian melakukan towaf sekitar pukul 12 malam pada akhirnya selesai dan saya istirahat di Babus Salam sambil merenung kemudian memikirkan Ayah dan Ibu di rumah. Tiba-tiba ada yang mendekap dari belakang saya dan ternyata adalah Abuyya Maliki, Saya cium tangan beliau dan beliau berkata " YA Waladi kesini dan dengarkan Allah dan Ka'bah menjadi saksi kamu akan pegang selendangku ( Rida' ) " spontan dalam diri sya sangat senag sekali dan kemudian Abuyya meletakkan selendang ( Rida' ) di Bahu saya yang kemudian mengajak saya untuk pulang.
HAl inilah yang membuat saya paling berkesan dalam diri saya, sampai sekarang barokah berkhidah kepada Abuyya menghasilkan kenikmatan sampai-sampai saya sendiri tidak pernah kepasar, kekantor pos, tidak tahu berapa harga gula, sembako dan lainnya, karena semua ada yang mengerjakan. Subhanallah !
Semua yang ada pada diri saya di kehidupan saya, segala urusan saya berkhidmah lebih mantap pasti sekarang ini kehidupan saya lebih baik dan saya sendiri tidak pernah jalan sendiri semuanya dilakukan orang lain bahkan sebelum ada pondok ini ( Pesantren Darul Ihya' Liulumiddin ). sampai akhirnya berdiri pondok ini san saya tidak pernah meminta dari bantuan terhadapa peemerintah wlau satu rupiahpun, walhasil semua murid dari pada Abuya Maliki itu semua bermamfaat Cuma jalan nya berbeda-beda.
Alhamdulillah, di sini saya mencetak kader. Murid Saya sedah banyak yang bisa mengajar atau menjadi ustadz baik itu di dalam pondok ataupun di luar pondok.
Kadangkala sya memang hanya bisa mengajar beberapa murid saja tapi mudah-mudahan murid tersebut bisa lebih mengajar ribuan orang hal inilah kenapa ilmu itu harus di amalkan dan diajarkan, akan tetapi semua itu tujuannya hanya satu yakni mencari keridhoa'an Allah.

Selasa, 06 Januari 2009

Keutamaan Ilmu

Dalil-dalilnya dari Al-Qur'an adalah firman Allah 'azza Wa Jalla :
" Syahidallahu annahu laaailaaha illa huwa walmalaaikatu waulul 'ilmi qooiman bilqisthi " (Ali 'Imram : 18 ).
Artinya : " Allah menyatakan bahwanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang menegakakan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu ( juga menyatakan yang demikian itu ) " ( Ali 'Imran : 18 ).


Maka lihatlah bagaimana Allah SWT memulai dengan dirinyaNya, keduanya dengan malaikat dan ketinya dengan orang-orang ahli ilmu. Dengan ini cukuplah bagimu ( untuk mengetahui )
kemuliaan, keutamaan.

Allah Ta'ala berfirman :
" Yarpa'illahu llazdina aamauuminkum wallazdiina uutul 'ilma darajaatin" ( Al Mujadilah : 11 )
Artinya : " Niscayaa Allah akan meningkgikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat " ( Al Mujadilah : 11 )

Ibnu Abbas ra berkata : " para Ulama memperoleh beberapa derajat diatas kaum mu'minin dengan tujuh ratus derajat yang sama antara dua derajat itu perjalanan lima ratus tahun. Dan Allah Azza Wa Jalla beriman :
" Innamaa yakhsya llaaha min 'ibaadihil 'ulamaaa uu" ( Fathir : 28 )
Artinya : " Sesungguhnya yan takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya hanyalah Ulama' " ( Fathir : 28 )

Allah Ta'ala berfirman :
" Watilkal amtsaalu nadhribuhaa linnaasi wamaaya'kiluhaaa illal 'aalimuuna ( Al 'Ankabut : 43 )
Artinya : Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang ber ilmu." ( Al 'Ankabut : 43 )

Allah Ta'ala berfirman :
" Walau radduuhu ila rrasuli wailaa ulil amri minhum la'alimahuu llazdiina yastanbithuunahuu minhum ( An nisa' : 83).
Artinya : " Kalau mereka meyerahkannnya kepada Rasul dan Ulil amri di antara mereka tentang orang0orang yang ingin mengetahui kebenarannya ( akan dapat ) mengetahuinya dari mereka ( Rasul dan Ulil amri ) "( An nisa' : 83).

Allah menyerahkan hukumNya mengenai beberapa peristiwa kepada Istibath mereka, dan Dia menyusulkan tingkat meraka kepada tingkat para Nabi dalam menyingkap hukum Allah.

Dan ada ulama' yang mengatakan mengenai firman Allah Ta'ala :
" Yaa banii aadama qod anzalnaa 'alaikum libaasann yuwaarii wariisyann walibaasu ttaqwaa ( Al A'raf : 26 )
Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi " auratmu" dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa " ( Al A'raf : 26 )
Yang dimaksud dengan pakaian adalah ilmu, pakaian indah adalah keyakinan dan pakaian takwa adalah malu.

Beliau SAW bersabda :
" Al Ulamaa u waratsatul ambiyaa i " ( H.R. abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya dari Abu Darda'. )
Artinya : " Ulama itu adalah para pewaris Nabi.

Dan diketahui ( sudah maklum ) bahwasanya tidak ada derajat diatas derajat para Nabi, dan tidak ada kemulian di atas mulianya pewarisan derajat itu.
Beliau SAW bersabda :
" Yastagfiru lil'aalimi maa pissamaawaati wal ardhi." ( Ini adalah sebagian Hadist Abu Darda' . )
Artinya : " Sesuatu yang di langit dan bumi itu memohonkan ampunan bagi orang a'lim ( pandai )

Kedudukan manakah yang melebihi kedudukan orang yang mana malaikat langit dan bumi sibuk memohonkan ampunan baginya ? Ia sibuk dengan dirinya sendiri, padahal mereka sibuk memohonkan ampunan baginya ? .

Beliau SAW bersabda :
" Innalhikmata taziida syariipa syarapann watarpa'u lmamluuka hatta yudrika madaarikalmuluuki. ( H.R. Abu Na'im dalam Al Hilyah, Ibnu Abdil Barr dalam Bayaul Ilmi, dan Abd. Ghani dalam Adabul Muhaddits dari hadits Anas dengan sanad yang lemah. )
Artinya : " Sesungguhnya hikmah ( ilmu ) itu menambah orang yang mulia akan kemuliaan dan mengangkat hamba sahaya sehingga ia mencapai capaian raja-raja. )

Beliau telah meningkatkan dengan ini akan buah-buahnya di dunia, dan telah diketahui bahwasanya akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal.








Anjuran bersyalawat kepada nabi muhammad SAW

Kita hidup didunia ini ingin mendapatkan syafaat Rasullullah makanya kita dianjukan oleh Allah SWT untuk bersyalawat kepada Orang yang paling dicintainya Sampai-sampai malaikat yang mulia juga disuruh untuk mengucapkan syalawat kepada Rasullah dan juga Allah pun bersyalawat Kepada Rasulullah Sebagai mana didalm Al-Qur'an di lafadzkan "Innallaha wamala ikatahu Yusyalluna 'alannabi yaa ayuhallazina amanu syallu alaihi wasallimu taslima". Sesungguhnya Allah dan para Malaikat bersyalawat kepada Nabi SAW, dan Allah menyeru kepada orang-orang yang beriman untuk bersyalawat kepada Nabi muhammad SAW. Nah jadi kita harus bersyalawat kepada pangkuan kita Nabi Muhhamd SAW.